Duka di Tengah Kemeriahan Songkran, 200 Jiwa Melayang Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

Bagikan Artikel

Bangkok – Perayaan Tahun Baru Thailand atau yang dikenal sebagai Festival Songkran 2025 membawa luka mendalam. Alih-alih hanya dirayakan dengan tawa dan cipratan air, data resmi menunjukkan bahwa sebanyak 200 orang tewas dalam rentang waktu enam hari festival, yakni dari 11 hingga 16 April 2025. Angka ini menandai peningkatan dari tahun sebelumnya dan mencuatkan kekhawatiran atas keselamatan publik selama masa liburan nasional.

Menurut laporan dari Bangkok Post pada Jumat (18/04), informasi tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Sekretaris Tetap untuk Dalam Negeri Thailand, Kachorn Srichawanothai, yang menjelaskan bahwa sepanjang perayaan berlangsung, 1.377 kecelakaan lalu lintas tercatat terjadi di seluruh penjuru negeri. Sebanyak 1.362 orang mengalami luka-luka, sebagian besar dengan kondisi serius yang memerlukan perawatan intensif.

Korban jiwa paling banyak dilaporkan berasal dari wilayah Bangkok, disusul oleh provinsi-provinsi besar lain seperti Chiang Mai dan Nakhon Ratchasima. Mayoritas kecelakaan melibatkan kendaraan roda dua, yang dalam budaya lokal kerap digunakan tanpa perlengkapan keselamatan standar. Banyak pengemudi juga tercatat melanggar batas kecepatan dan mengemudi di bawah pengaruh alkohol, dua faktor utama yang terus mendominasi penyebab kecelakaan di Thailand saat Songkran.

Festival Songkran sendiri merupakan momen yang sangat dinantikan oleh masyarakat Thailand dan wisatawan internasional. Ribuan orang tumpah ruah di jalan untuk mengikuti tradisi saling menyiram air sebagai simbol penyucian dan pembaruan diri. Namun, sayangnya, kemeriahan ini setiap tahunnya dibayangi oleh lonjakan kecelakaan lalu lintas yang mematikan. Pemerintah Thailand selama ini rutin menjalankan kampanye “7 Hari Bahaya” dengan menempatkan pos pemeriksaan dan melakukan tes alkohol di titik-titik strategis, tetapi upaya tersebut tampaknya belum cukup menekan angka kecelakaan secara signifikan.

Para aktivis keselamatan jalan raya mendesak pemerintah untuk mengambil langkah yang lebih progresif. Di antaranya adalah penerapan denda yang lebih berat, pelarangan sementara kendaraan pribadi di titik padat, serta peningkatan edukasi publik menjelang hari raya besar. “Kita tidak bisa terus-menerus menormalisasi kematian ratusan warga setiap kali festival berlangsung,” ujar Somchai Pansiri, pengamat transportasi dari Thai Road Safety Foundation.

Pihak berwenang juga mulai mempertimbangkan untuk melakukan penjadwalan ulang jam keramaian, serta merevisi kebijakan cuti bersama untuk mengurangi kepadatan mobilitas dalam satu waktu. Sementara itu, rumah sakit di sejumlah provinsi besar masih kewalahan menangani korban luka yang membludak usai libur panjang. Beberapa pasien bahkan masih dalam kondisi kritis dan mendapatkan perawatan intensif.

Tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap perayaan massal. Songkran memang identik dengan keceriaan, namun tanpa kedisiplinan dan kesadaran bersama, pesta air tahunan ini akan terus menjadi siklus tahunan penuh air mata. Pemerintah Thailand kini ditantang untuk menjadikan tragedi ini sebagai momentum reformasi kebijakan keselamatan lalu lintas yang lebih tegas dan berkelanjutan.


Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *